Pernah dengar cinta semusim? Kalo cinta lokasi? Sama aja kan? Dua2nya sama2 temporary, ga bisa di’harap’kan kepastiannya.
Trus… kita2 pasti sering terlibat didalamnya? Loh? (Aku loh ya, ga tau kalo kalian)
Beberapa waktu yang lalu aku lihat wajah mereka berseri-seri penuh dengan cinta.
Kata-kata yang keluar adalah kata-kata cinta yang indah.
Tak hentinya mereka melantunkan pujian, mengalun dengan merdu, merasuk jiwa yang mendengarnya.
Malam mereka bagaikan siang, senantiasa hidup. Mata yang terlelap, ikhlas terjaga.
Malam mereka bercengkrama, dan melepas rindu. Terkadang diiring dengan isak dan tangis berharap tak berpisah dari kasih sayang.
Siang hari, wajah mereka tetap berseri-seri memancarkan cahaya cinta.
Tetap tegar menjalani hari seberat apapun dengan santun.
Hatipun berkecamuk tak sabar menunggu hadirnya malam agar kembali bercengkrama.
Aku pun begitu, melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan.
Tapi waktu itu telah berlalu.
Berganti dengan hari lain, yang membuat mereka larut dan melupakan cinta yang mereka cari. Cinta mereka hanya cinta semusim.
Cintaku juga begitu, cinta semusim.
“Pada suatu malam muhasabah, tersadar betapa banyak dosa dan kesalahan yang sudah diperbuat, dan betapa sedikit amal baik yang sudah dipahat dalam buku catatan amal kebaikan, itupun mungkin sudah dikurangi dengan seringnya ketidakikhlasan, ga ikhsan, dll…setelah itu taubat pun di ukir… rangkaian target2 pun tersusun, tak lupa jadwal mengiringinya, meskipun ada follow up dilembar mutaba’ah yaumiah….tetep aja ada alpa yang terselip, ada salah yang sengaja, akhirnya istighfar lagi…muhasabah lagi dan seterusnya dan seterusnya….”
Harusnya aku malu. Ya, aku malu pada Allah.
Ketika Ramdahan aku memohon rahmat dan ampunan
Ketika Ramadhan aku mendapatkan rahmat dan ampunan
Ketika semuanya berakhir, aku lalai, aku lupa dengan cinta maha besarNya.
sbentar lagi 1 muharam...aku pasti evaluasi diri..bermuhasabah....tp setelah itu...???
Ya, Allah…
Ambillah rahmat yang telah Kau berikan kepada kami
Jangan kau ampuni dosa-dosa dimasa lalu kami
Jika kami tak mampu menghidupkan kembali malam-malam kami
Malam yang pernah kami hiasi dengan dzikir dan tahajud
Malam yang pernah kami lantunkan ayat-ayatMu
Jangan berikan rahmat dan ampunanMu
Jika cinta kami hanya cinta semusim
Itu yang aku maksud dengan cinta semusim…. ukiran cinta, pahatan rindu sangatlah dalam saat habis muhasabah… setelahnya?
Trus gimana donk taktik dan strateginya biar ga sering terlibat ‘cinta semusim’…?????