Kisah ini adalah kisah dari sepupu Indira Gandhi yang sudah dimodifikasi dengan bumbu rasa Indonesia :)
Sebutlah Amril, ia tinggal bersama keluarganya di daerah pinggiran kota. Seperti di Parung. Di mana kalau ada keperluan besar atau hiburan yang lebih meriah mereka harus ke kota seperti Bogor. Suatu saat di akhir pekan Amril perlu membeli keperluan sekolah yang kebetulan hanya tersedia di tengah kota. Ia lalu meminjam mobil ayahnya.
“Wah kebetulan Nak… Tolong sekalian masukan mobil ke bengkel langganan kita untuk diservis ya…” kata Ayah Amril, “Ayah nanti menyusul naik bis saja mau ke department store di Bogor dan pulangnya kita bareng.”
Amril tentu saja tidak keberatan.
Setibanya di kota setelah menaruh bengkel dan membeli barang belanja keperluannya, ia bertemu dengan beberapa teman yang sedang berada di kota. Mereka memutuskan untuk menonton film dan bersenang-senang di kota. Sesudah menonton tidak cukup hanya itu, mereka juga masih ngumpul-ngumpul dan ngobrol-ngobrol. Saking asyiknya, tahu-tahu sudah jam 17.30 sore. Amril baru ingat janjinya untuk menjemput ayahnya di bengkel. Bergegas ia tancap gas menuju department store.
“Kok sore sekali, apa yang terjadi?” Tanya ayahnya dengan nada biasa.
Karena Amril merasa bersalah, tapi takut dimarahi, ia mencari alasan, “Anu…Ayah, tokonya penuh sekali dan macet sebelum berangkat kesini jadi mobilnya agak siang masuk bengkelnya. Eee….ini mobilnya baru selesai dikerjakan,” Jawabnya terbata-bata.
“Oh, betul begitu ya?” Tanya Ayahnya lagi.
Amril hanya mengangguk lemah.
Ayahnya menghela napas, kemudian berkata, “Nak, aku telah menelepon bengkel dan mereka mengatakan mobil kita sudah siap dari pukul 14.30 tadi.”
Amril terhenyak. Ia siap menerima hukuman, tapi…
“Ayah tahu kamu berkata tidak jujur. Itu berarti Ayah belum berhasil mendidik kamu untuk menjunjung tinggi kejujuran. Sebagai hukumannya, Ayah akan berjalan kaki ke rumah sambil merenungi peristiwa ini.”
Sang Ayah langsung memulai langkahnya dan sama sekali tidak mempan dibujuk agar mau masuk mobil
Mereka sampai di rumah hampir jam 21.30 malam. Selama 4 jam dalam perjalanan pulang sambil menyetir mobil pelan di belakang langkah Ayahnya, Amril begitu tersiksa dan menangis tersedu-sedu. Sesudah itu, ia tidak pernah lagi alpa menegakkan nilai kejujuran dalam setiap perilakunya.
Betapa seorang Ayah (pemimpin keluarga) dalam kisah tersebut memikul tanggung jawab secara penuh, tidak mencari kambing hitam dan betapa ia adalah pemimpin sejati bagi keluarganya.
Begitu juga dengan kita semua yang akan ataupun sudah menjadi pemimpin baik di keluarga, di kantor, perusahaan, bisnis, sekolah, perlu kembali melihat kejernihan kejujuran diri untuk tidak mencari kambing hitam. Semua hal yang salah sekecil-kecilnya ada andil kita di dalamnya. Semoga kita berkesempatan menjadi pemimpin mulia.
Title : Teruntuk kita semua...
Description : Kisah ini adalah kisah dari sepupu Indira Gandhi yang sudah dimodifikasi dengan bumbu rasa Indonesia :) Sebutlah Amril, ia tinggal bersama...